Tsaqafah

Ujungnya Kepemimpinan

Penulis kitab al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam mengatakan bahwa masalah paling berat yang telah memalingkan kaum muslimin, serta penyakit paling parah yang mereka derita dalam kehidupan mereka ini adalah masalah pemikiran yang menyangkut persoalan pemerintahan dan ekonomi. Karena pemikiran-pemikiran inilah yang paling banyak diterima dan disambut dengan penuh kebanggaan oleh kaum muslimin.

Tampak bagi kita bahwa dalam muqaddimah kitab tersebut, penulis memiliki dua pandangan:
(1) Pandangan pertama, beliau mampu melihat masa lalu di mana umat Islam hidup untuk mengambil pelajaran darinya.
(2) Pandangan kedua, beliau menantikan masa depan yang jauh di mana umat Islam akan hidup, seolah-olah dia melihat realitasnya!

Dari narasi itu, sesungguhnya memberi isyarat bahwa membangun tatanan ekonomi dalam kerangka umat dan negara meniscayakan adanya pemimpin dan kepemimpinan politik yang produktif dan inovatif.

Terbagilah kepemimpinan menjadi tiga jenis:
(1) Qiyadah Dzakiyyah (Kepemimpinan yang Cerdas)
(2) Qiyadah Mulhimah (Kepemimpinan yang Menginspirasi)
(3) Qiyadah Mubdi’ah (Kepemimpinan yang Kreatif dan Inovatif)

Tampaknya jenis kepemimpinan yang ketiga yang terbaik dalam menerapkan sistem ekonomi dan menyelesaikan problematika ekonomi yang ada. Qiyadah mubdi’ah adalah pemimpin jenius dengan model kepemimpinan yang unik. Dimana orang jenius tidak hanya rela menjadi orang terbaik dan terdepan saja, tetapi sanggup membawa hal-hal baru, yang belum dikenal orang. Tapi, dia sanggup membawa mereka menapakinya. Maka, dia tidak menggunakan apa yang ada pada mereka agar menjadi yang terbaik. Tapi, dia mampu mengubahnya, dan membukakan jalan baru, atau mendorong mereka agar bisa mengarunginya, meski susah, melelahkan, butuh kerja keras dan penuh pengorbanan.

Lebih dari itu, qiyadah mubdi’ah sanggup menjadikan harga perjalanan mereka dalam menapaki jalan yang penuh onak dan duri, mengorbankan darah dan nyawa dengan senang hati. Ia tidak hanya bisa mengarungi berbagai krisis dalam kondisi normal, tetapi ia sanggup menghadapi masalah, merespon peristiwa dan krisis, mengobarkan api dalam kesulitan, agar ia selalu hidup berjihad dalam medan jihad, karena dia yakin, hidup yang sejati adalah kehidupan jihad.

Pada akhirnya kita bisa renungkan sebuah riwayat,

نَجَا أَوَّلُ هَذِهِ الأُمَّةِ بِالْيَقِيْنِ وَالزُّهْدِ [أخرجه الحافظ ابن أبي الدنيا في كتاب اليقين]

“Umat yang pertama dahulu berhasil karena keyakinan dan kezuhudannya.” (Dikeluarkan oleh al-Hafizh Ibn Abi ad-Dunya dalam kitabnya, Kitab al-Yaqin).

Maksudnya, yakin akan gagasan dan jalan Islam, serta zuhud terhadap dunia dengan kemampuan mengendalikan dan menggenggamnya untuk tujuan Negeri Akhirat.

Yuana Ryan Tresna

[Kutipan Catatan Tambahan dari Daurah Kitab Irwa’ al-Shadi min Namir al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam pada 29 Oktober 2022]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *