-
KRITIK ATAS ARGUMENTASI UTAMA MODERASI BERAGAMA
Argumentasi utama moderasi beragama yang selanjutnya menjadi moderasi Islam adalah ide tawassuth (pertengahan). Tawassuth (pertengahan). Menurut penggagasnya, tawassuth dimaknai dengan sikap tengah-tengah, sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Dalil yang biasa digunakan adalah al-Quran surat al-Baqarah ayat 143. Hanya saja, banyak yang harus diluruskan dalam memahami ayat ini. Allah SWT berfirman: وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang adil agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian (QS. al-Baqarah [2]: 143). Sebenarnya apa yang dimaksud dengan ummat[an] wasath[an] dan bagaimana kedudukan yang sebenarnya?…
-
Ilmu yang Bagaimana?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً، سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقاً إِلَى الجَنَّةِ “Barangsiapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah pasti memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim) Adapun yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu, ilmu yang bermanfaat dan dapat mengantarkan ke surga adalah ilmu yang membuat pemiliknya semakin dekat dan takut kepada Allah ta’ala. Imam al-Ghazali berkata: واعلم أن علماً لا يبعدك اليوم عن المعاصي، ولا يحملك على الطاعة، لن يبعدك غداً عن نار جهنم “Ketahuilah bahwa ilmu yang tidak menjauhkanmu dari maksiat dan mendorongmu untuk beribadah pada hari ini,…
-
Status Hadits Akan Datang Penguasa Zalim
Pertanyaan: Assalamualaikum wr wb. Benarkah hadits berikut ini dhaif? Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ أُمَرَاءُ ظَلَمَةٌ، وَوُزَرَاءُ فَسَقَةٌ، وَقُضَاةٌ خَوَنَةٌ، وَفُقَهَاءُ كَذَبَةٌ، فَمَنْ أَدْرَكَ مِنْكُمْ ذَلِكَ الزَّمَنَ فَلا يَكُونَنَّ لَهُمْ جَابِيًا وَلا عَرِيفًا وَلا شُرْطِيًّا. “Akan datang di akhir zaman nanti para penguasa yang memerintah dengan sewenang-wenang, para pembantunya (menteri-menterinya) fasik, para hakimnya pengkhianat, dan para ahli hukum Islam pendusta. Sehingga, siapa saja di antara kalian yang mendapati zaman itu, maka sungguh kalian jangan menjadi pemungut cukai, tangan kanan penguasa dan polisi.” (HR. at-Thabarani). Jawab: Hadits tersebut diperselisihkan keshahihannya. Berikut keterangan imam al-Haitsami dalam kitabnya, al-Majma’ az-Zawa’id:…
-
IHYA
Pada hari ini (13/6), saya membacakan kitab Ihya’ulumiddin di sebuah keluarga besar. Saya katakan ini kitab berat. Biasanya dikaji pada level tertentu. Namun karena tetap minta ngaji kitab tsb, akhirnya saya kabulkan. Hari ini memasuki Bab Pertama, Keutamaan Ilmu. Pertanyaan yang sering kali muncul adalah bagaimana validitas hadits-hadits dalam kitab Ihya? Jawaban atas pertanyaan ini amat panjang. Sebenarnya para ulama Hadits kadang tidak satu kata dalam menilai Hadits. Dalam Hadits ‘Mencari ilmu itu wajib atas tiap Muslim’, imam al Iraqi dan imam al Zabidi menilainya lemah (dhaif), sedangkan imam al Muzani menilainya hasan dan imam al Suyuthi menilainya shahih li ghairihi. Hadits lain yang juga dinilai lemah adalah tentang anjuran…
-
Khidmat
Pelajaran “Hukum Pergaulan dan Pendidikan Anak” Kelas Ummahat MKS memasuki materi kaidah pertama, “Pondasi bagi Perempuan Adalah Ibu dan Pengatur Rumah, Ia Adalah Kehormatan yang Wajib Dijaga”, الأصل في المرأة أنها أم وربة بيت، وهي عرض يجب أن يصان. Dalil pertama (sebagai ibu) sudah dibahas. Mencakup hukum menikah, kehamilan dan kelahiran, persusuan dan pengasuhan. Hari ini (14/6) memasuki dalil kedua, perempuan adalah pengatur rumah. Mencakup dalil larangan keluar rumah tanpa izin suami (termasuk larangan puasa sunnah tanpa izin suami) dan pelayanan istri di rumah. Salah satu dalil tentang khidmat (pelayanan istri) adalah penetapan Rasulullah bahwa Fathimah khidmat di rumah dan Ali bin Abi Thalib melakukan aktivitas luar rumah (hadits riwayat…
-
Mengembalikan Kebenaran pada Tempatnya
(Sebuah Pelajaran dari Para Ulama Jarh wa Ta’dil) . Dalam menilai seseorang, para ulama jarh wa ta’dil menyampaikan seperlunya sesuai dengan kewajiban yang Allah dan Rasul-Nya wajibkan pada mereka, yakni “mengembalikan kebenaran pada tempatnya”. Hal itu tidak dengan menghina dan mencerca atas yang bersangkutan. Bahkan para ulama jarh wa ta’dil seperti amirul mu’minin fil hadits al-Imam al-Bukhari, dll menggunakan bahasa yang sangat santun. . Mengapa demikian? Sekali lagi tujuan mereka para ulama –sebagaimana dijelaskan oleh al ‘Allamah al-Syaikh al-Muhaddits Abdul Aziz bin Siddiq al-Ghumari– adalah “mengembalikan kebenaran pada tempatnya..”, dan itu tidak mengharuskan kita menjadi tukang umpat, tukang cerca atau tukang persekusi. Itulah akhlak para ulama jarh wa ta’dil. .…