Muamalah

MENGUNGKAP RAHASIA

Bagian ini bisa dikatakan sebagai background of thougths dari kitab “Irwa’ al-Shadi” dan secret behind the opening ayah pada Kitab “al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam”

Pertama, Syaikh Muhammad Ahmad al-Nadi menjelaskan mengapa menamai kitabnya dengan “Irwa’ al-Shadi min Namir al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam”.

* al-Irwa’: aliran السقي atau bisa meminumkan air seperti pada ungkapan أروى غنمه yang artinya memberi minum sampai puas سقاها إلى شبعت
* al-shadi: haus yang teramat sangat شديد العطش
* al-Namir: jernih, segar, manis, baik, dan memberi manfaat الطيب الناجع seperti dalam ungkapan ماء نافع عذب atau طيب وسلس وحلح المذق.

Jadi beliau seakan ingin mengatakan bahwa bukunya adalah:

Memberi minum pada siapa saja yang sangat kehausan dengan air yang menyegarkan dari mata air bernama “al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam”.

Kedua, hal itu beliau sampaikan setelah menjelaskan alasan mengapa kitab al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam penting, yaitu sebagai harapan yang masih tersisa setelah inhiyar (bubar) dan suqutnya (bangkrutnya) sistem ekonomi sosialis-komunis, dan akan disusul dalam waktu yang sangat dekat dan segera (fi al-qarib al-ajil) oleh sistem kapitalis. Kedua sistem ekonomi tersebut telah menghantui seluruh dunia (tu’ariq al-alam bi asrihi) dengan gulitanya.

Lalu beliau menjelaskan 13 poin pembahasan sistem ekonomi Islam dalam kitab “al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam”. Kitab tersebut adalah kitab pertama yang menjelaskan bangunan sistem ekonomi yang sangat lengkap, dan siap diterapkan oleh semua negara. Kitab tersebut adalah kristalisasi yang sangat jelas dan gamblang (balwaratan wadhihatan jaliyyatan). Semoga Allah merahmati penulisnya.

Ketiga, kitab “Irwa’ al-Shadi” mengungkap rahasia hubungan QS. Al-Qashash 77 dengan Sistem Ekonomi Islam. Beliau mengungkapkan rasa takjub dengan uslub ta’ajub “lillahi darru….” . Jadi, ungkapan: لله دره, maknanya adalah ما أعجب فعله.

Beliau memulai dengan sebuah kaidah bahwa khithab (seruan) bagi Rasul adalah juga khithab bagi umatnya. Termasuk khithab dalam QS. Al-Qashash 77.

Lalu beliau menjelaskan bahwa ekonomi itu akan berkaitan dengan 3 hal:
1. Pengaturan urusan harta
2. Harta adalah setiap apa yang dialokasikan untuk pemanfaatan
3. Semua harta hakikatnya milik Allah

Maka, tiga unsur utama tersebut terangkum dalam 3 kalimat di QS. Al-Qashash 77: “fima ataka Allah” (فيما آتاك الله). Karena lafazh “ma” (ما) adalah isim maushul dari lafazh yang bersifat umum. Artinya mencakup semua (harta/dunia) yang Allah tundukan untuk manusia.

Lantas bagaimana penggambaran dari “Raihlah Negeri Akhirat dengan apa yang Allah anugrahkan kepadamu” (وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ). Gambaran yang terbaik adalah Abu Bakar al-Shadiq radhiyallahu ‘anhu.

Apa saja harta dan sumber daya ekonomi (SDE) yang dimiliki Abu Bakar? Jawabnya adalah:
1. Kecerdasan akal dan jernihnya pemikiran,
2. Tubuh tubuh yang tahan terhadap penderitaan,
3. Kesehatan dan kesejahteraan,
4. Putra dan putri yang akan menyenangkan matanya, Abdullah dan Asma’,
5. Aktiva lancar berupa banyak uang tunai dari perdagangannya,
6. Harta lain berupa domba-domba yang Allah berkahi,
7. Memiliki seorang tukang gembala yang bekerja untuknya (Amir bin Fuhairah),
8. Memiliki guide atau penunjuk perjalanan bernama Abdullah bin Uriqit,
9. Dll.

Bagaimana Abu Bakar meraih Akhirat dengan harta dan SDE tersebut?

Lihatlah dalam perjalanan hijrah. Hijrah adalah saat yang paling berbahaya, dan salah satu situasi yang paling sulit. Jadi apa yang beliau lakukan untuk itu? Ceritanya panjang. Silahkan baca dan simak kembali rekamannya.

Intinya, 8 harta dan SDE tersebut semua digunakan dalam misi penting tersebut. Misi bersama Rasulullah untuk menuju calon Ibu Kota Negara baru yang akan segera berdiri. Gambaran yang sangat luar biasa.

Itu baru penggambaran penggunaan harta dan sumber daya ekonomi untuk hijrah. Belum lagi untuk misi lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *